Jumat, 19 Juli 2013

LAPORAN HASIL OBSERVASI MATA KULIAH PSIKOLOGI UMUM


LAPORAN HASIL OBSERVASI


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum
Dosen Pengampu : Indah Kusnul Masruroh, M.Ag.








Disusun oleh :
FRITA IKA NURMAYA
NIM. 3214083055
TMT - 7B

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) TULUNGAGUNG
DESEMBER 2011

DAFTAR ISI






KATA PENGANTAR


                Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan hasil observasi ini dengan baik dan lancar.
            Penyusunan Laporan ini tentunya tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.       Ibu Indah Kusnul Masruroh, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Umum yang telah memberikan bimbingan, serta petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.
2.       Ibu Suprih selaku Kepala TPQ Roudlotul Muta’alimin yang telah memberikan izin kepada penyusun untuk melakukan observasi serta bersedia memberikan informasi dan data-data yang diperlukan.
3.       Santri TPQ Roudlotul Muta’alimin.
4.        Dan semua pihak yang telah turut membantu penyusunan laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
             Semoga Bapak, Ibu dan Saudara-saudara yang telah turut membantu kelancaran penyusunan laporan ini mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
             Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan laporan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Tulungagung, 30 Desember 2011
Penyusun,

Frita Ika Nurmaya

BAB I

PENDAHULUAN

Judul                                      : Pengaruh Gejala Kognisi Terhadap Penggunaan Tajwid Dalam Membaca Al-Qur’an Pada Santri TPQ Roudlotul Muta’alimin
Observer                                : Frita Ika Nurmaya
Responden                             : 1. Juwita Wulandari
                                                  2. Aiszah Nur Fitria
Teknik yang digunakan       :
1.      Wawancara
2.      Dokumentasi
3.      Tes
Setting/Lokasi                        : TPQ Roudlotul Muta’alimin, Desa Panggunguni Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung

Tulungagung, 30 Desember 2011

Mengetahui
Kepala TPQ Roudlotul Muta’alimin,



Suprih
Observer,



Frita Ika Nurmaya

Responden I


Juwita
Responden II


Aizah


BAB II

PEMBAHASAN


A.           Paparan Kasus

            Ilmu tajwid merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah Fardhu kifayah, sedangkan membaca Al-Qur’an dengan baik (sesuai dengan ilmu tajwid) itu hukumnya Fardhu ‘ain. Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam untuk menerapkan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an. Sangatlah penting bagi kita untuk mengajarkan ilmu tajwid pada anak sejak dini. Sehingga diharapkan mereka dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar (baik makhroj maupun tajwid-nya).[1]
            Di sekolah, ilmu tajwid disampaikan melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Pembelajaran ilmu tajwid di sekolah disampaikan mulai kelas 4 SD. Selain itu pembelajaran ilmu tajwid juga disampaikan pada lembaga pendidikan informal seperti TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Pada umumnya pembelajaran ilmu tajwid di TPQ disampaikan sejak santri mempelajari jilid 3. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu tajwid harus dipelajari secara mendalam, bertahap dan kontinu.
            Pembelajaran ilmu tajwid yang kurang maksimal dapat menyebabkan kesalahan bacaan yang cukup fatal. Dan hal ini sangat berkaitan dengan makna dan arti ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri. Situasi inilah yang ditemukan observer pada santri-santri di TPQ Roudlotul Muta’alimin. Para santri kurang memperhatikan panjang-pendeknya bacaan.
Selama satu minggu observer mengamati lebih lanjut mengenai situasi dan kondisi pengajaran di TPQ tersebut. Observer menemukan beberapa kesalahan bacaan pada para santri. Kesalahan bacaan  terletak pada hal nun sukun dan tanwin, mim sukun, bacaan panjang (mad), waqaf, dan makhrijul huruf. Berdasarkan hal tersebut nampak bahwa masih kurangnya pemahaman para santri mengenai tajwid.
            Observasi dilakukan selama kegiatan KKN berlangsung, yaitu pada tanggal 14 – 30 Nopember 2011 yang bertempat di TPQ Roudlotul Muta’alimin dan Posko KKN Panggunguni. Salah satu kegiatan kelompok KKN Panggunguni 1 adalah memberikan les tambahan, mengaji, dan mengajar di TPQ. Di sela-sela kegiatan tersebut, observer mulai mengamati situasi dan kondisi selama para santri mengaji, serta metode pembelajaran yang diterapkan di TPQ Roudlotul Muta’alimin. Observer mencoba untuk menemukan apa yang menjadi faktor penyebab kasus tersebut.
            Berdasarkan wawancara terhadap Bu Suprih selaku Kepala TPQ didapatkan beberapa informasi antara lain TPQ Roudlotul Muta’alimin memiliki 63 santri. Santri tersebut dibimbing oleh 6 ustadz/ustadzah. Sistem pengajaran di TPQ meliputi sorogan, pembelajaran ilmu tajwid, dan juga doa sehari-hari. Santri masuk tiap hari, kecuali Hari Kamis. Terdapat 3 kelompok pembelajaran, yaitu kelompok I (santri jilid 1 – jilid 3), kelompok II (santri jilid 4 – 6), dan kelompok III (santri Al-Qur’an). Setiap harinya setidaknya ada 2 ustadz/ustadzah yang mengajar.
            Untuk mengumpulkan data, observer melakukan wawancara dan tes kepada santri tersebut. Untuk memperkuat informasi yang didapat, observer juga melakukan wawancara kepada Bu Suprih selaku Kepala TPQ Roudlotul Muta’alimin. Observer mengambil sampel sebanyak 2 santri. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu yang dimiliki observer.

B.            Korelasi Antara Kasus Dengan Perhatian dan Pengamatan

            Salah satu faktor yang melatarbelakangi kurangnya penggunaan tajwid dalam membaca jilid maupun Al-Qur’an pada santri TPQ Roudlotul Muta’alimin yaitu terbatasnya jumlah pengajar. Setiap hari hanya terdapat dua ustadz/ ustadzah. Pada musim tandur terkadang hanya ada seorang ustadz/ustadzah. Sedangkan jumlah santri sebanyak 63 siswa yang terbagi dalam tiga kelompok belajar. Hal ini tentu saja berdampak pada kurangnya perhatian yang diberikan oleh para pengajar terhadap santri, khususnya dalam pembelajaran ilmu tajwid dan situasi pembelajaran yang kurang kondusif. Banyak siswa yang kejar-kejaran dan bermain di dalam masjid pada saat ustadz/ustadzah sedang menyemak santri yang sedang sorogan.
            Kurangnya jumlah pengajar mengakibatkan pengaturan kelas yang kurang tepat. Misalnya pada kelompok I santri yang masih mempelajari jilid 1 dan 2 digabung dengan dengan santri jilid 3. Santri yang mempelajari jilid 1 dan 2 seharusnya dipisahkan dengan santri jilid 3. Karena santri yang mulai mempelajari jilid 3 sudah diperkenalkan dengan ilmu tajwid.
            Observer mengamati bahwa penginderaan dan pengamatan mempunyai hubungan erat dengan kasus yang dialami para santri TPQ Roudlotul Muta’alimin.
1.        Penginderaan
Penginderaan ialah penyaksian indera kita atas rangsang yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur, tidak jelas). Dalam penginderaan jiwa kita pasif.[2]
2.        Pengamatan
Pengamatan ialah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang. Dalam pengamatan dengan sadar orang dapat pula memisahkan unsur-unsur dari obyek tersebut. Dalam pengamatan jiwa kita aktif.[3]
Keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai satu stimulus saja, melainkan individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oelh berbagai keadaan yang ada di sekitarnya. Namun tidak semua stimulus itu akan direspon sebagai akibat dari pengamatan individu atau secara skematis dapat dikemukakan sebagai berikut :
St    = Stimulus (faktor luar)
Fi    = Faktor intern (dalam)
Sp   = Struktur pribadi (organisme)








Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima macam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diberikan responnya. Hanya beberapa stimulus yang menarik individu yang akan diberikan respon. Individu mengadakan seleksi stimulus mana yang akan diberikan respon. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilih dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. [4]
Situasi dan kondisi pengajaran yang kurang kondusif pada santri TPQ Roudlotul Muta’alimin mengakibatkan munculnya beberapa stimulus yang timbul selama pembelajaran, antara lain santri yang bermain dan berlari-larian pada saat pengajaran. Kejadian ini dapat mengalihkan perhatian santri lain yang sedang menyemak pelajaran. Sehingga perhatian para santri terhadap pengajaran tajwid kurang maksimal. Terbatasnya tenaga pengajar memberikan dampak terhadap pembelajaran. Karena jumlah santri yang cukup banyak mengakibatkan perhatian dan pengamatan terhadap para santri juga berkurang. Sehingga pembelajaran kurang maksimal. Hal ini tentu saja memberikan efek terhadap pemahaman tajwid yang dimiliki para santri.
Namun yang diamati oleh individu selain tergantung pada stimulusnya juga tergantung kepada keadaan individu itu sendiri. Stimulus yang akan mendapat pemilihan dari individu tergantung kepada bermacam-macam faktor, salah satu faktor ialah perhatian dari individu, yang merupakan aspek psikologis individu dalam mengadakan pengamatan.[5]
3.        Perhatian (attention)
Perhatian ialah proses konsentrasi atau pemusatan aktivitas mental (attention is a concentration of mental activity).[6]
Menurut Abu Ahmadi, perhatian yaitu keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu obyek, baik di dalam maupun di luar dirinya.[7]
Proses perhatian melibatkan pemusatan pada tugas mental (pikiran) tertentu sambil berusaha mengabaikan stimulus yang mengganggu misalnya orang yang mengikuti ujian. Perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa yang hadir saat itu, kemudian pada waktu yang sama seseorang memilih hanya satu obyek, sementara obyek-obyek yang lain diabaikan dan apa yang diperhatikan betul-betul disadari dan ada dalam pusat kesadaran.
Hal-hal yang lain yang tidak sepenuhnya diperhatikan akan terletak di luar pusat kesadaran. Makin jauh dari pusat kesadaran makin kurang diperhatikan, dan makin kurang disadari. Telah dipaparkan dimuka bahwa tidak semua stimulus akan diamati oleh individu. Dapat tidaknya diamati sesuatu stimulus tergantung kepada stimulus itu sendiri dan individu yang bersangkutan. Dengan demikian stimulus bukanlah satu-satunya faktor terjadinya suatu pengamatan. Stimulus hanyalah merupakan salah satu faktor syarat yang pada umumnya terletak di luar individu, yang dapat menimbulkan pengamatan pada individu yang bersangkutan.[8]
Untuk itu para pengajar diharapkan dapat memberikan stimulus yang mendukung dan perhatian ekstra. Tentu saja harus diimbangi dengan metode pembelajaran yang tepat. Mahasiswa KKN Panggunguni 1 mencoba untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Alhasil santri terlihat begitu antusias dan kami pun memanfaatkan situasi tersebut untuk memberikan informasi yang mendalam mengenai tajwid. Sebenarnya para pengajar sudah memberikan pelajaran tajwid kepada para santri, namun pemahaman santri masih kurang. Alhamdulilah santri bersemangat untuk mempelajarinya. Semoga pembelajaran yang diberikan kakak-kakak KKN bermanfaat dan para santri dapat menyempurnakan bacaannya, baik dalam membaca Al-Qur’an maupun buku Jilid.
Berikut ada hal-hal yang berhubungan dengan perhatian dalam praktek pendidikan dan pengajaran :
1)        Dalam belajar usahakanlah anak dapat memusatkan jiwanya kepada ajaran yang sedang dipelajari
2)        Hindarkanlah segala sesuatu yang mungkin dapat mengganggu perhatian anak
3)        Bahan pelajaran yang meningkat yang setingkat dengan kemauan anak akan menarik perhatian
4)        Apa yang menarik perhatian orang dewasa belum tentu menarik perhatian anak
5)        Hal-hal yang menjadi kebutuhan/kehidupannya akan menarik perhatiannya
6)        Terlalu lama memancangkan perhatian pada salah satu obyek tertentu adalah kurang baik. Usahakanlah pergantian dengan selang-seling.
7)        Hubungkanlah pelajaran yang disajikan dengan :
-          Pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki
-          Bahan-bahan pelajaran yang lain
8)        Daya tangkap dan daya penyesuaian anak tidak sama dengan orang dewasa, maka jangan segala-galanya menuntut berjalan cepat
9)        Kelelahan dapat mengendurkan perhatian, maka usahakanlah supaya anak jangan sampai menjadi lelah dalam melakukan sesuatu.[9]



BAB III

KESIMPULAN


Terdapat beberapa hal yang diamati observer mengenai pemahaman dan penggunaan tajwid dalam membaca Al-Qur’an. Kebanyakan santri kurang memperhatikan panjang pendeknya bacaan. Kasus yang terjadi pada santri TPQ Roudlotul Muta’alimin dikarenakan beberapa faktor antara lain penginderaan, pengamatan, dan perhatian. Faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap kognitif seseorang dalam proses pembelajaran. Makin besar pengamatan dan perhatian yang diberikan kepada para santri, maka makin besar pula tingkat pemahaman santri mengenai tajwid.
Untuk itu sangat diperlukan dukungan dan support dari berbagai pihak, baik orang tua maupun tenaga pengajar. Dengan adanya perhatian dan situasi pembelajaran yang mendukung diharapkan santri dapat membaca Jilid dan Al-Qur’an dengan baik dan benar.



BAB IV

MANFAAT


Berdasarkan hasil observasi pengajaran pada santri TPQ Roudlotul Muta’alimin terdapat beberapa manfaat yang dapat dirasakan observer yaitu sebagai berikut :
1.        Sebagai wacana (refleksi) bagi observer untuk menjadi calon pendidik yang profesional dan kompeten di masa yang akan datang.
2.        Dapat memahami gejala-gejala pengenalan (kognisi) secara lebih mendalam.
3.        Memberikan pengetahuan berdasarkan realitas yang ada.
4.        Dapat lebih seksama dalam memilih metode pembelajaran yang tepat untuk para santri.
5.        Observer dapat belajar bersosialisasi di lingkungan masyarakat.




DOKUMENTASI


         
AISZAH NUR FITRIA
JUWITA WULANDARI


Suasana saat tes untuk mengetahui pengetahuan tajwid yang dimiliki para santri
Ustadzah menyemak ngaji santri TPQ Roudlotul Muta’alimin jilid 1 – 3


Suasana saat dimulainya pengajaran (membaca do’a-do’a)


[1]  KH. Imam Zarkasyi. Pelajaran Tajwid, (Gontor, 1955), hal. 1.
[2]  Uswah Wardiana. Psikologi Umum, (Jakarta : PT Bina Ilmu, 2004), hal. 63.
[3]  Ibid, hal. 63.
[4]  Ibid, hal. 65.
[5]  Ibid, hal. 66.
[6]  Ibid, hal. 66.
[7]  Abu Ahmadi. Psikologi Umum, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003), hal. 145.
[8]  Uswah Wardiana. Psikologi Umum, (Jakarta : PT Bina Ilmu, 2004), hal. 67.
[9]  Abu Ahmadi. Psikologi Umum, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003), hal. 153-154.