LAPORAN HASIL OBSERVASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Umum
Dosen Pengampu :
Indah Kusnul Masruroh, M.Ag.
Disusun oleh :
FRITA
IKA NURMAYA
NIM. 3214083055
TMT - 7B
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) TULUNGAGUNG
DESEMBER 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Segala
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan hasil
observasi ini dengan baik dan lancar.
Penyusunan Laporan ini tentunya tidak
lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Ibu Indah Kusnul
Masruroh, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Umum yang telah
memberikan bimbingan, serta petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.
2.
Ibu Suprih
selaku Kepala TPQ Roudlotul Muta’alimin yang telah memberikan izin kepada
penyusun untuk melakukan observasi serta bersedia memberikan informasi dan
data-data yang diperlukan.
3.
Santri TPQ
Roudlotul Muta’alimin.
4.
Dan semua pihak yang telah turut membantu penyusunan laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga Bapak, Ibu
dan Saudara-saudara yang telah turut membantu kelancaran penyusunan laporan ini mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa
masih terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan dan
perbaikan laporan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Tulungagung, 30 Desember
2011
Penyusun,
Frita Ika Nurmaya
BAB I
PENDAHULUAN
Judul : Pengaruh
Gejala Kognisi Terhadap Penggunaan Tajwid Dalam Membaca Al-Qur’an Pada Santri
TPQ Roudlotul Muta’alimin
Observer :
Frita Ika Nurmaya
Responden :
1. Juwita Wulandari
2.
Aiszah Nur Fitria
Teknik yang
digunakan :
1.
Wawancara
2.
Dokumentasi
3.
Tes
Setting/Lokasi : TPQ Roudlotul Muta’alimin, Desa
Panggunguni Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung
Tulungagung, 30 Desember
2011
Mengetahui
Kepala
TPQ Roudlotul Muta’alimin,
Suprih
|
Observer,
Frita Ika Nurmaya
|
Responden I
Juwita
|
Responden II
Aizah
|
BAB II
PEMBAHASAN
A. Paparan Kasus
Ilmu tajwid merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tata cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Hukum
mempelajari ilmu tajwid adalah Fardhu
kifayah, sedangkan membaca Al-Qur’an dengan baik (sesuai dengan ilmu
tajwid) itu hukumnya Fardhu ‘ain. Tujuan
mempelajari ilmu tajwid adalah untuk memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan
dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca. Oleh
karena itu sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam untuk menerapkan ilmu
tajwid dalam membaca Al-Qur’an. Sangatlah penting bagi kita untuk mengajarkan
ilmu tajwid pada anak sejak dini. Sehingga diharapkan mereka dapat membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar (baik makhroj maupun tajwid-nya).[1]
Di
sekolah, ilmu tajwid disampaikan melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI). Pembelajaran ilmu tajwid di sekolah disampaikan mulai kelas 4 SD. Selain
itu pembelajaran ilmu tajwid juga disampaikan pada lembaga pendidikan informal
seperti TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Pada umumnya pembelajaran ilmu tajwid
di TPQ disampaikan sejak santri mempelajari jilid 3. Hal ini menunjukkan bahwa
ilmu tajwid harus dipelajari secara mendalam, bertahap dan kontinu.
Pembelajaran
ilmu tajwid yang kurang maksimal dapat menyebabkan kesalahan bacaan yang cukup
fatal. Dan hal ini sangat berkaitan dengan makna dan arti ayat-ayat Al-Qur’an
itu sendiri. Situasi inilah yang ditemukan observer pada santri-santri di TPQ
Roudlotul Muta’alimin. Para santri kurang memperhatikan panjang-pendeknya
bacaan.
Selama satu minggu observer mengamati lebih lanjut
mengenai situasi dan kondisi pengajaran di TPQ tersebut. Observer menemukan
beberapa kesalahan bacaan pada para santri. Kesalahan bacaan terletak pada hal nun sukun dan tanwin, mim
sukun, bacaan panjang (mad), waqaf, dan makhrijul huruf. Berdasarkan hal tersebut
nampak bahwa masih kurangnya pemahaman para santri mengenai tajwid.
Observasi
dilakukan selama kegiatan KKN berlangsung, yaitu pada tanggal 14 – 30 Nopember
2011 yang bertempat di TPQ Roudlotul Muta’alimin dan Posko KKN Panggunguni. Salah
satu kegiatan kelompok KKN Panggunguni 1 adalah memberikan les tambahan,
mengaji, dan mengajar di TPQ. Di sela-sela kegiatan tersebut, observer mulai
mengamati situasi dan kondisi selama para santri mengaji, serta metode
pembelajaran yang diterapkan di TPQ Roudlotul Muta’alimin. Observer mencoba
untuk menemukan apa yang menjadi faktor penyebab kasus tersebut.
Berdasarkan
wawancara terhadap Bu Suprih selaku Kepala TPQ didapatkan beberapa informasi
antara lain TPQ Roudlotul Muta’alimin memiliki 63 santri. Santri tersebut
dibimbing oleh 6 ustadz/ustadzah. Sistem pengajaran di TPQ meliputi sorogan, pembelajaran ilmu tajwid, dan
juga doa sehari-hari. Santri masuk tiap hari, kecuali Hari Kamis. Terdapat 3
kelompok pembelajaran, yaitu kelompok I (santri jilid 1 – jilid 3), kelompok II
(santri jilid 4 – 6), dan kelompok III (santri Al-Qur’an). Setiap harinya setidaknya
ada 2 ustadz/ustadzah yang mengajar.
Untuk
mengumpulkan data, observer melakukan wawancara dan tes kepada santri tersebut.
Untuk memperkuat informasi yang didapat, observer juga melakukan wawancara
kepada Bu Suprih selaku Kepala TPQ Roudlotul Muta’alimin. Observer mengambil
sampel sebanyak 2 santri. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu yang dimiliki
observer.
B. Korelasi Antara Kasus Dengan Perhatian dan Pengamatan
Salah satu faktor yang
melatarbelakangi kurangnya penggunaan tajwid dalam membaca jilid maupun Al-Qur’an
pada santri TPQ Roudlotul Muta’alimin yaitu terbatasnya jumlah pengajar. Setiap
hari hanya terdapat dua ustadz/ ustadzah. Pada musim tandur terkadang hanya ada seorang ustadz/ustadzah. Sedangkan
jumlah santri sebanyak 63 siswa yang terbagi dalam tiga kelompok belajar. Hal
ini tentu saja berdampak pada kurangnya perhatian yang diberikan oleh para
pengajar terhadap santri, khususnya dalam pembelajaran ilmu tajwid dan situasi
pembelajaran yang kurang kondusif. Banyak siswa yang kejar-kejaran dan bermain
di dalam masjid pada saat ustadz/ustadzah sedang menyemak santri yang sedang sorogan.
Kurangnya jumlah pengajar
mengakibatkan pengaturan kelas yang kurang tepat. Misalnya pada kelompok I
santri yang masih mempelajari jilid 1 dan 2 digabung dengan dengan santri jilid
3. Santri yang mempelajari jilid 1 dan 2 seharusnya dipisahkan dengan santri
jilid 3. Karena santri yang mulai mempelajari jilid 3 sudah diperkenalkan
dengan ilmu tajwid.
Observer mengamati bahwa penginderaan
dan pengamatan mempunyai hubungan erat dengan kasus yang dialami para santri
TPQ Roudlotul Muta’alimin.
1.
Penginderaan
Penginderaan ialah penyaksian indera kita atas
rangsang yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur, tidak
jelas). Dalam penginderaan jiwa kita pasif.[2]
2.
Pengamatan
Pengamatan ialah hasil perbuatan jiwa secara aktif
dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang. Dalam pengamatan dengan
sadar orang dapat pula memisahkan unsur-unsur dari obyek tersebut. Dalam
pengamatan jiwa kita aktif.[3]
Keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya
dikenai satu stimulus saja, melainkan individu dikenai berbagai macam stimulus
yang ditimbulkan oelh berbagai keadaan yang ada di sekitarnya. Namun tidak
semua stimulus itu akan direspon sebagai akibat dari pengamatan individu atau secara
skematis dapat dikemukakan sebagai berikut :
St =
Stimulus (faktor luar)
Fi = Faktor
intern (dalam)
Sp = Struktur
pribadi (organisme)
Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu
menerima macam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua
stimulus akan diberikan responnya. Hanya beberapa stimulus yang menarik
individu yang akan diberikan respon. Individu mengadakan seleksi stimulus mana
yang akan diberikan respon. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilih dan
diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi
terhadap stimulus tersebut. [4]
Situasi dan kondisi pengajaran yang kurang kondusif
pada santri TPQ Roudlotul Muta’alimin mengakibatkan munculnya beberapa stimulus
yang timbul selama pembelajaran, antara lain santri yang bermain dan berlari-larian
pada saat pengajaran. Kejadian ini dapat mengalihkan perhatian santri lain yang
sedang menyemak pelajaran. Sehingga perhatian para santri terhadap pengajaran
tajwid kurang maksimal. Terbatasnya tenaga pengajar memberikan dampak terhadap
pembelajaran. Karena jumlah santri yang cukup banyak mengakibatkan perhatian
dan pengamatan terhadap para santri juga berkurang. Sehingga pembelajaran
kurang maksimal. Hal ini tentu saja memberikan efek terhadap pemahaman tajwid
yang dimiliki para santri.
Namun yang diamati oleh individu selain tergantung
pada stimulusnya juga tergantung kepada keadaan individu itu sendiri. Stimulus
yang akan mendapat pemilihan dari individu tergantung kepada bermacam-macam
faktor, salah satu faktor ialah perhatian dari individu, yang merupakan aspek
psikologis individu dalam mengadakan pengamatan.[5]
3.
Perhatian (attention)
Perhatian ialah proses konsentrasi atau pemusatan
aktivitas mental (attention is a
concentration of mental activity).[6]
Menurut Abu Ahmadi, perhatian yaitu keaktifan jiwa
yang diarahkan kepada sesuatu obyek, baik di dalam maupun di luar dirinya.[7]
Proses perhatian melibatkan pemusatan pada tugas
mental (pikiran) tertentu sambil berusaha mengabaikan stimulus yang mengganggu
misalnya orang yang mengikuti ujian. Perhatian melibatkan proses seleksi
terhadap beberapa yang hadir saat itu, kemudian pada waktu yang sama seseorang
memilih hanya satu obyek, sementara obyek-obyek yang lain diabaikan dan apa
yang diperhatikan betul-betul disadari dan ada dalam pusat kesadaran.
Hal-hal yang lain yang tidak sepenuhnya diperhatikan
akan terletak di luar pusat kesadaran. Makin jauh dari pusat kesadaran makin
kurang diperhatikan, dan makin kurang disadari. Telah dipaparkan dimuka bahwa
tidak semua stimulus akan diamati oleh individu. Dapat tidaknya diamati sesuatu
stimulus tergantung kepada stimulus itu sendiri dan individu yang bersangkutan.
Dengan demikian stimulus bukanlah satu-satunya faktor terjadinya suatu
pengamatan. Stimulus hanyalah merupakan salah satu faktor syarat yang pada
umumnya terletak di luar individu, yang dapat menimbulkan pengamatan pada
individu yang bersangkutan.[8]
Untuk itu para pengajar diharapkan dapat memberikan
stimulus yang mendukung dan perhatian ekstra. Tentu saja harus diimbangi dengan
metode pembelajaran yang tepat. Mahasiswa KKN Panggunguni 1 mencoba untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Alhasil santri terlihat begitu
antusias dan kami pun memanfaatkan situasi tersebut untuk memberikan informasi yang
mendalam mengenai tajwid. Sebenarnya para pengajar sudah memberikan pelajaran
tajwid kepada para santri, namun pemahaman santri masih kurang. Alhamdulilah
santri bersemangat untuk mempelajarinya. Semoga pembelajaran yang diberikan
kakak-kakak KKN bermanfaat dan para santri dapat menyempurnakan bacaannya, baik
dalam membaca Al-Qur’an maupun buku Jilid.
Berikut ada hal-hal yang berhubungan dengan
perhatian dalam praktek pendidikan dan pengajaran :
1)
Dalam belajar
usahakanlah anak dapat memusatkan jiwanya kepada ajaran yang sedang dipelajari
2)
Hindarkanlah
segala sesuatu yang mungkin dapat mengganggu perhatian anak
3)
Bahan pelajaran
yang meningkat yang setingkat dengan kemauan anak akan menarik perhatian
4)
Apa yang menarik
perhatian orang dewasa belum tentu menarik perhatian anak
5)
Hal-hal yang
menjadi kebutuhan/kehidupannya akan menarik perhatiannya
6)
Terlalu lama
memancangkan perhatian pada salah satu obyek tertentu adalah kurang baik.
Usahakanlah pergantian dengan selang-seling.
7)
Hubungkanlah
pelajaran yang disajikan dengan :
-
Pengetahuan-pengetahuan
yang telah dimiliki
-
Bahan-bahan
pelajaran yang lain
8)
Daya tangkap dan
daya penyesuaian anak tidak sama dengan orang dewasa, maka jangan
segala-galanya menuntut berjalan cepat
9)
Kelelahan dapat
mengendurkan perhatian, maka usahakanlah supaya anak jangan sampai menjadi
lelah dalam melakukan sesuatu.[9]
BAB III
KESIMPULAN
Terdapat beberapa hal yang diamati observer mengenai
pemahaman dan penggunaan tajwid dalam membaca Al-Qur’an. Kebanyakan santri
kurang memperhatikan panjang pendeknya bacaan. Kasus yang terjadi pada santri
TPQ Roudlotul Muta’alimin dikarenakan beberapa faktor antara lain penginderaan,
pengamatan, dan perhatian. Faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang besar
terhadap kognitif seseorang dalam proses pembelajaran. Makin besar pengamatan
dan perhatian yang diberikan kepada para santri, maka makin besar pula tingkat pemahaman
santri mengenai tajwid.
Untuk itu sangat diperlukan dukungan dan support dari berbagai pihak, baik orang
tua maupun tenaga pengajar. Dengan adanya perhatian dan situasi pembelajaran
yang mendukung diharapkan santri dapat membaca Jilid dan Al-Qur’an dengan baik
dan benar.
BAB IV
MANFAAT
Berdasarkan
hasil observasi pengajaran pada santri TPQ Roudlotul Muta’alimin terdapat
beberapa manfaat yang dapat dirasakan observer yaitu sebagai berikut :
1.
Sebagai wacana (refleksi) bagi observer
untuk menjadi calon pendidik yang profesional dan kompeten di masa yang akan
datang.
2.
Dapat memahami gejala-gejala pengenalan
(kognisi) secara lebih mendalam.
3.
Memberikan pengetahuan berdasarkan
realitas yang ada.
4.
Dapat lebih seksama dalam memilih metode
pembelajaran yang tepat untuk para santri.
5.
Observer dapat belajar bersosialisasi di
lingkungan masyarakat.
DOKUMENTASI
AISZAH
NUR FITRIA
|
JUWITA
WULANDARI
|
Suasana
saat tes untuk mengetahui pengetahuan tajwid yang dimiliki para santri
Ustadzah menyemak ngaji santri TPQ Roudlotul Muta’alimin jilid 1 – 3
Suasana
saat dimulainya pengajaran (membaca do’a-do’a)
[1] KH. Imam Zarkasyi. Pelajaran Tajwid, (Gontor, 1955), hal. 1.
[2] Uswah Wardiana. Psikologi Umum, (Jakarta : PT Bina Ilmu, 2004), hal. 63.
[3] Ibid,
hal. 63.
[4] Ibid,
hal. 65.
[5] Ibid,
hal. 66.
[6] Ibid,
hal. 66.
[7] Abu Ahmadi. Psikologi Umum, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003), hal. 145.
[8] Uswah Wardiana. Psikologi Umum, (Jakarta : PT Bina Ilmu, 2004), hal. 67.
[9] Abu Ahmadi. Psikologi Umum, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003), hal. 153-154.